PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN TINGKAT PENDIDIKAN
Pertumbuhan penduduk, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
rendah, dan sempitnya kesempatan kerja merupakan akar permasalahan
kemiskinan. Jadi aspek demografis mempunyai kaitan erat dengan masalah
kemiskinan yang dihadapi di Indonesia
pada saat ini. Daerah miskin sering ditinggalkan penduduknya untuk bermigrasi
ke tempat lain dengan alasan mencari kerja. Mereka dapat berpindah secara
permanen, menjadi migran ulang-alik, menjadi migran sirkuler yakni bekerja di
tempat lain dan pulang ke rumahnya sekali dalam beberapa minggu atau beberapa
bulan, atau menjadi migran musiman, misalnya bekerja di kota setelah musim
tanam dan musim panen.
Kemiskinan berkaitan erat dengan kemampuan mengakses
pelayanan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan gizi dan kalori. Dengan demikian
penyakit masyarakat umumnya berkaitan dengan penyakit menular, seperti diare,
penyakit lever, dan TBC. Selain itu, masyarakat juga menderita penyakit
kekurangan gizi termasuk busung lapar, anemi terutama pada bayi, anak-anak, dan
ibu hamil. Kematian bayi adalah konsekuensi dari penyakit yang ditimbulkan
karena kemiskinan ini
(kekurangan gizi menyebabkan bayi rentan terhadap infeksi).
Keluarga mempunyai tanggung jawab terhadap pemenuhan
kebutuhan pelayanan dasar anggotanya seperti pendidikan, kesehatan, dan
lingkungan hidup. Oleh karenanya diperlukan pemberdayaan keluarga terutama
melalui peningkatan akses terhadap informasi tentang permasalahan ini.
PERTUMBUHAN PENDUDUK
Gambar 1. Grafik presentase
penduduk Tahun 2010
Bagi daerah yang KB nya berhasil, perubahan struktur umur
penduduk menjadi lebih tua juga tidak lepas dari masalah. Masalah ini adalah
ledakan penduduk usia kerja dan penyediaan kesempatan kerja. Perlu perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan ketrampilan bagi yang telah berada dalam
angkatan kerja, peningkatan kualitas dan akses pendidikan bagi mereka yang akan
masuk ke angkatan kerja.
Jumlah bayi yang dilahirkan masih tetap banyak sekitar 4.5 juta per tahun, dan dalam waktu 15
tahun kemudian, apabila pemerintah tidak dapat memberikan kesempatan meneruskan
sekolah, mereka akan drop out dan
mencari pekerjaan padahal tidak punya ketrampilan. Permasalahan makronya
adalah kualtias SDM yang amat rendah. Pelayanan bagi tumbuh kembang anak-anak
perlu diperhatikan, termasuk menjaga agar anak sekolah tidak berhenti ditengah
jalan sebelum menyelesaikan pendidikannya (drop
out).
SEGI PENDIDIKAN
Pembangunan
pendidikan di Indonesia
telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib Belajar 6 tahun, yang
didukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan dengan Wajib Belajar
9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Tetapi
dibalik keberhasilan program-program tersebut, terdapat berbagai fenomena dalam
sektor pendidikan. Kasus tinggal kelas, terlambat masuk sekolah dasar dan
ketidakmampuan untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi merupakan
hal yang cukup banyak menjadi sorotan di dunia pendidikan. Kasus putus sekolah
yang juga banyak terjadi terutama di daerah pedesaan menunjukkan bahwa
pendidikan belum banyak menjadi prioritas bagi orang tua. Rendahnya prioritas
tersebut antara lain dipicu
oleh akses masyarakat terhadap pendidikan yang masih relatif kecil, terutama
bagi keluarga miskin yang tidak mampu membiayai anak mereka untuk meneruskan
sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Partisipasi Sekolah
|
Umumnya, terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang
utama, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).
Keduanya mengukur penyerapan penduduk usia sekolah oleh sektor pendidikan.
Perbedaan diantara keduanya adalah penggunaan kelompok usia "standar"
di setiap jenjang pendidikan. Usia standar yang dimaksud adalah rentang usia
yang dianjurkan pemerintah dan umum dipakai untuk setiap jenjang pendidikan,
yang ditampilkan pada tabel berikut:
Tabel 1 (http://www.datastatistik-indonesia.com)
Jenjang
|
Kelompok
usia
|
SD
|
7 - 12
tahun
|
SMP
|
13 - 15
tahun
|
SMA
|
16 - 18
tahun
|
Perguruan tinggi
|
19 tahun
keatas
|
Angka
partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah.
Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda.
Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah
murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap
jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat
diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut
dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang
tidak diimbangi dengan ditambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan
akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau
malah semakin rendah.
Lama
Sekolah
Lamanya
Sekolah atau years of schooling adalah sebuah angka yang menunjukkan
lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat
pendidikan terakhir. Pada prinsipnya angka ini merupakan transformasi dari
bentuk kategorik TPT menjadi bentuk numerik. Lamanya bersekolah merupakan
ukuran akumulasi investasi pendidikan individu. Setiap tahun tambahan sekolah
diharapkan akan membantu meningkatkan pendapatan individu tersebut. Rata-rata
lama bersekolah dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah.
Ukuran ini mengatasi masalah kekurangan estimasi dari TPT yang tidak
mengakomodir kelas tertinggi yang pernah dicapai individu.
Tetapi,
jumlah tahun bersekolah ini tidak mengindahkan kasus-kasus tidak naik kelas,
putus sekolah yang kemudian melanjutkan kembali, dan masuk sekolah dasar di
usia yang terlalu muda atau sebaliknya. Sehingga nilai dari jumlah tahun
bersekolah menjadi terlalu tinggi kelebihan estimasi atau bahkan
terlalu rendah (underestimate).
Lamanya bersekolah dapat dikonversikan langsung dari
jenjang pendidikan dan kelas tertinggi yang pernah diduduki seseorang, misalnya
jika seseorang pendidikan tertingginya adalah SMP kelas 2, maka ia memiliki
jumlah tahun bersekolah sama dengan 8 tahun, yaitu 6 tahun bersekolah di
tingkat SD ditambah dengan 2 tahun di SMP. Untuk memudahkan perhitungan, dapat
digunakan tabel konversi sebagai berikut:
Tabel 2 Lamanya Bersekolah berdasarkan Jenjang
Pendidikan dan Kelas
(http://www.datastatistik-indonesia.com)
Jenjang
|
Kelas
|
Jumlah
tahun bersekolah
(kumulatif) |
SD
|
1
|
1
|
|
2
|
2
|
|
3
|
3
|
|
4
|
4
|
|
5
|
5
|
|
6
|
6
|
SMP
|
1
|
7
|
|
2
|
8
|
|
3
|
9
|
SMA
|
1
|
10
|
|
2
|
11
|
|
3
|
12
|
Diploma
|
I
|
13
|
|
II
|
14
|
|
III
|
15
|
S1
|
I
|
13
|
|
II
|
14
|
|
III
|
15
|
|
IV
|
16
|
S2
|
|
17 - 19
|
S3
|
|
20-24
|
Untuk Diploma, S1, S2, dan S3, konversi lamanya bersekolah dapat berbeda untuk setiap individu karena asumsi yang digunakan dalam konversi diatas adalah sebagai berikut:
- Seseorang yang masuk S1 adalah lulusan SMA, bukan melanjutkan dari diploma. Dalam kenyataannya, terdapat program S1 extension yang membuka kesempatan bagi lulusan Diploma untuk melanjutkan studi ke S1.
- Asumsi menempuh pendidikan S2 maksimum adalah 3 tahun dan S3 maksimum adalah 4 tahun.
Angka Melek Huruf (AMH)
Angka
Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa
membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya
sehari-hari.
AMH dapat
digunakan untuk
Tabel 3
Persentase Penduduk Berusia 10 tahun ke Atas Menurut Kepandaian Membaca dan
Menulis, 2002-2004
Sumber: Statistik Kesejahteraan
Rakyat, 2002, 2003, 2004
Dari tabel
diatas terlihat bahwa pada tahun 2002 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
di perkotaan dan pedesaan di Indonesia yang melek huruf adalah lebih dari 90
persen (Melek huruf adalah mereka yang bisa membaca menulis huruf latin dan
huruf lainnya).
Sebaliknya, Angka Buta Huruf menunjukkan ketertinggalan sekelompok penduduk tertentu dalam mencapai pendidikan. Angka Buta Huruf ini juga merupakan cerminan besar kecilnya perhatian pemerintah, baik pusat maupun lokal terhadap pendidikan penduduknya. |
|||||||||||||||||||||||||
KESIMPULAN DAN OPINI
Kesimpulannya
adalah bahwa pertumbuhan penduduk berkaitan dengan kemiskinan dan
kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen
demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi,
ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan
membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan
program pembangunan kependudukan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
yang tepat sasaran.
|
|||||||||||||||||||||||||
Banyak
sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan
di Indonesia. Faktor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya
kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan
guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan
kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan.
Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan
di Indonesia adalah sistem pendidikan di
Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia
yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi
kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka
disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk
mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.
Kesadaran
diri akan pentingnya pendidikan bukan hanya untuk diri sendiri juga dapat
diwujudkan dalam pembentukan komunitas untuk mengajar anak-anak jalanan.
Seperti komunitas bernama “KOPAJA”. Komunitas ini didalamnya ada sejumlah
anggota aktif yang setiap minggunya mengumpulkan anak-anak jalanan disuatu
tempat guna mengajarkan baca, tulis serta memberi hiburan seperti bernyanyi
bersama. Sebagai kaum muda penerus bangga harusnya kita memiliki rasa bangga
terhadap teman-teman kita yang masih memperdulikan akan tingkat pendidikan sesama
warga negara Indonesia.
|
|||||||||||||||||||||||||
Tugas
diatas dibuat guna memenuhi nilai tugas terkait mata kuliah softskill Ilmu Lingkungan selaku
mahasiswi Universitas Gunadarma (www.gunadarma.ac.id).
Tugas ini disusun oleh kelompok. Berikut nama anggota kelompoknya:
KOOSHARDIANTINI (34411010)
HENY YULIANTINI (33411322)
DITA KHAIRUNNISA (32411187)
Sumber tulisan diatas
adalah
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar